MENJAGA EMPAT NAFSU
MELAWAN TIDAK SELALU BERARTI MEMBUNUH, NAFSU
Oleh: Safri M
Dalam dunia tasawuf nafsu dibedakan menjadi 4, yakni nafsu mutmainnah, lawwamah, sufiyah dan amarah. Memang, ciri khas manusia sendiri ialah makhluk yang dikaruniai nafsu dan akal tidak seperti malaikat ataupun binatang. Tanpa nafsu manusia akan seperti anai-anai, terombang ambing tanpa suatu gairah.
Setelah memenangkan perang, Rosulullah pernah bersabda pada sahabat "masih ada jihad yang lebih berat lagi, yakni melawan hawa nafsu". Melawan disini tidak berarti menghilangkan. Bagaimanapun manusia tidak akan bisa menghilangkannya, karena itu merupakan fitrah manusia. Yang dimaksud melawan disini ialah menguasai. Kita dituntut untuk menguasai 4 nafsu diatas. Jangan sampai malah kita yang terjajah atau yang dikuasai nafsu tersebut. Berbekal nafsu inilah manusia bisa mengungguli derajat malaikat dengan catatan jika kita bisa menguasainya, pun juga sebaliknya, bisa menjadikan kita lebih bejat dari iblis jika kita malah dikuasainya.
Dalam dunia kejawen, 4 nafsu diatas diistilahkan dengan "cagak papat". Mutmainnah dilambangkan dengan warna putih. Nafsu ini berisi tentang hasrat kesentosaan, kemakmuran, kerukunan. Nafsu sufiyyah dilambangkan dengan warna kuning berisi tentang seni, rasa dan hal-hal yang bersifat estetis atau keindahan. Nafsu lawwamah dilambangkan dengan warna hitam. Nafsu ini berisi tentang hal-hal yang bersifat materi sepeti makanan, kekayaan, kepuasan birahi dan sebagainya. Yang terakhir ialah nafsu amarah yang dilambangkan dengan warna merah. Nafsu ini berisi tentang kesemangatan hidup.
Nafsu merupakan sesuatu yang fundemental. Manusia harus memiliki hasrat kemakmuran (mutmainnah) , jiwa kesenian (sufiyah) , hasrat materi (lawwamah) dan kesemangatan hidup (ammarah). Tanpa nafsu tersebut manusia menjadi makluk yang semple.
Kita harus menghandle jiwa kita agar tetap berada di tengah 4 nafsu tersebut. Jangan sampai kita condong pada salah satunya. Dari usaha menguasai itulah manusia dianugrahi nilai plus tersendiri yakni derajat yang lebih tinggi dari malaikat yang notabenya sama sekali tidak mempunyai nafsu.
Melawan musuh lebih mudah daripada melawan diri sendiri. Melawan nafsu berarti melawan diri kita sendiri. Musuh terbesar kita sebenarnya diri kita sendiri. Kita dituntut untuk melawan dengan mengontrol dan menjinakkannya.
PKL 240518
Komentar
Posting Komentar