Puncak Dari Segala Impian
Manusia itu alam setro (alam kecil) yang tersusun dari alam bawono (alam semesta). Dalam diri manusia mengandung semua wujud.
Ada sifat-sifat surgawi. Manusia bisa menebar kasih sehingga menjadikan kesentosaan pada sekitarnya seperti sifat surga. Sifat neraka, manusia juga terkadang marah jika tidak bisa mengendalikan amarahnya. Kemarahan tersebut akan menimbulkan keresahan lingkungannya sebagaimana sifat neraka.
Sifat lauh al mahfudz. Manusia bisa juga menyimpan file atau data dalam ingatan sebagaimana lauhil mahfudz.
Sifat Qolam manusia juga bisa membatasi dan merencanakan kehendaknya sebagaimana Qalam yang merencanakan segala yang akan terjadi dalam alam semesta ini. Sifat Malaikat. Sebagian manusia ada yang ibadahnya luar buasa seperti malaikat, nabi, wali dan sufi. Sifat hewan. Sebagian manusia ada yang bersifat buas, bringas sebagaimana hewan. Mereka dengan segan membunuh manusia lainya, memperkosa lawan jenisnya dengan biadab.
Sifat Tumbuhan. Manusia bermula dari kecil-besar-keriput/laya dan mati sebagaimana tumbuhan.
Makannya manusia diberi predikat makhluk yang paling sempurna. Segala macam sifat makhluk terkandung dalam diri kita, manusia.
Maka sangat lucu jika puncak cita-cita kita sebatas masuk surga. Karena tidak sadar sebenarnya kita menginginkan hal yang lebih rendah dan sudah ada dalam dari kita sendiri.
Makannya ada kalam yang bunyinya
"laa tarhal minal kaun ilal kaun"
"Jangan engkau berpindah dari keduniawian ke keduniawian lain lagi"
Dari RT ingin jadi lurah, lurah ingin jadi pak Camat, bupati dan lain lagi.
Dari sepeda ingin motor, motor ingin mobil, sedan ke alphat lamborjini dan seterusnya.
Bolehlah memiliki itu semua asal kita tidak punya hasrat keduniawian dengan itu semua.
Dibanding surga aja lebih mulia kita. Apalagi dibanding hal remeh duniawi seperti itu. Maka sangatlah bodoh orang yang puncak cita-citanya hal remeh seperti itu. Hal-hal semu yang diam-diam memenjaramu.
"farhal minal kaun ilal mukawwin"
"Pindahlah dari hal-hal keduniawian kepada sang pencipta keduniawian tersebut"
Seyogyanya, Allah sang Dzat yang Multimaha yang berhak kita nomor satukan. Puncak dari segala cita dan impian. Dengan itu kau akan mendapatkan esensi kebahagiaan. Kamu sangat mungkin menjadi apapun dan siapapun.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar