Dimana Sih Letak Sebuah Keindahan ?

Dimana sebenarnya keindahan itu ?. Apakah merupakan satu-kesatuan dari suatu benda (objektif). Atau merupakan faktor internal jiwa (subjektif).

Para pemikir berbeda pendapat dalam masalah ini. Ada yang berpendapat bahwa keindahan itu bersifat objektif, ada lagi yang mengatakan bersifat subjektif, ada pula yang berpendapat bahwa itu adalah pertemuan antara objektif dengan subjektif. Saya tidak akan menyalahkan siapapun, karena realitanya otak manusia berbeda-beda. Dan itu hak mereka untuk mengemukakan pikirannya. Lagian perbedaan itu merupakan rahmat. Dan tidak ada salahnya juga kalau sekali-kali aku atau kalian beropini.
         
Kalau bersifat objektif berarti objek yang kita rasa, lihat atau dengar yang memantulkan ataupun menyalurkan keindahan tersebut yang secara otomatis dicercap pancaindra kita. Kalau bersifat subjektif berarti itu mutlak proses intrinsik rasa jiwa kita, tidak dipengaruhi objek, apakah benda itu indah atau jelek.
           
Kalau aku sendiri condong pada pemikir yang menyatakan bahwa keindahan bersifat subjektif. Untuk memperkuat, Akupun mempunyai bukti yang mendorong Aku sependapat dengan mereka. Analoginya, ada dua orang, pengemis dan seniman besar. Jawab dengan naluri kita. Kalau pengemis dan seniman tersebut dihadapkan pada dua benda, uang dan sebuah karya lukis agung. Pengemis tergiur apa ? Seniman lebih tergiur mana ?. Pengemis akan lebih tergiur bertumpuk uang dari pada lukisan. Dia berpikir "untuk apa lukisan ?". Sedangkan seniman akan tergiur lukisan agung karena bagi mereka, uang itu hal remeh. Itulah relativitas. Jika memang keindahan mutlak terletak pada bendanya,kenapa hanya pengemis lebih tertarik pada uang sedangkan seniman tidak, ataupun sebaliknya. Dengan ini saya yakin bahwa keindahan itu terletak pada intrinsik jiwa kita, bukan pada bendanya.
          
Kalau kita menganut pendapat objektifitas, maka sangat kecil sekali kemungkinan kita untuk merasakan keindahan, karena realitanya benda-benda jelek lebih banyak dari pada benda-benda yang indah. Sedangkan subjektifitas, pendapat tersebut memungkinkan  selalu merasakan keindahan, tidak ada beda antara benda elok atau jelek. Tinggal memenset jiwa kita.
           
Nyatanya pun demikian, para sufi selalu merasakan keindahan. Sampah-sampah atau hal-hal jelek lainnya terlihat indah dimata mereka.
     

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia Yang Sebenarnya.

MENJAGA EMPAT NAFSU

Foto-Foto Manis Gus Azmi Yang Membaperkan.