Esensi Istiqomah yang sebenarnya

Manusia tidak akan benar-benar sempurna bisa "qooma" (tegaknya hati pada satu tujuan, Allah). Maka digunakan istilah lain yakni "istaqooma" yangmana mejadi faidah tolab (usaha). Disebutlah kata "istiqomah" bagi orang yang benar-benar ingin "qiyaam" dengan sempurna.

Secara etimologi istiqomah berarti berdiri jejeg, tidak condong kekanan maupun kekiri. Ibarat tiang bendera lurus 90 derajat. Maksudnya keadaan hati yang telah total kiblat kepada tuhan, segala amalnya murni karena Allah, tidak karena ingin dipuji seseorang atau mendapatkan sesuatu selan Allah, termasuk pahala.

Tetapi tidak, khalayak publik mengklaim bahwa istiqomah itu seseuatu yang dilakukan secara ajeg, terus-menerus. Padahal ajeg atau istilah lainnya kontinue merupakan atsar atau dampak dari jiwa yang sudah kiblat sepenuhnya kepada Allah dengan kata lain jiwa yang istiqomah. Kalau kita sudah madep pasti amalan kita akan kontinue, sudah tidak terpengaruh bujukan hawa nafsu dan setan.

Karena saking dahsatnya istiqomah, makanya ada hadist yang berbunyi "الاستقامة خير من الف كرامة"
Istiqomah lebih baik dari pada seribu karomah.

Karena istiqomah merupakan kunci dari segala kebaikan. 
Apa sih karamah itu ?
Secara lughot berarti kemulyaan. Pintar lebih mulia dari pada bodoh, berarti pintar salah satu karomah.
Dihormati lebih mulia dari pada di tindas, berarti dihormati salah satu karamah. Jangan membayangkan karamah itu bisa terbang atau menghilang saja, banyak sekali kemuliaan-kemuliaan disekitar kita yang itu juga sebagian dari karamah.
Nah, para wali dan orang-orang sholeh bisanya dianugrahi beragam karamah karena dasarnya jiwa mereka sudah madep pada Allah. Kalau Allah sudah ridha pada hambanya, apa sih yang tidak bisa Allah berikan. Semuanya bisa diberikan. Temasuk "sir" rahasia alam semesta ini yang tidak bisa dijangkau dengan panca indra.

س م

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia Yang Sebenarnya.

MENJAGA EMPAT NAFSU

Foto-Foto Manis Gus Azmi Yang Membaperkan.