Fatalnya penyakit ruhani

"Sampean tau pingin nambani awak ora ?"

"la pak nambani opo ?" (Dia merasa tidak punya penyakit).

"Haa, retimu penyaket kuwi mung panu, jantung, liver dan asam urat. Opo ora gelo ninggal tahajjud kuwi dudu penyakit ?"

"Kamu tau pingin mengobati penyakit tidak ? La mau mengobati penyakit apa ?. Haa, setahumu penyakit itu hanya panu, jantung, liver dan asam urat. Apa tidak merasa sedih ketika meninggalkantahajjud itu bukan penyakit ?"

Begitulah percakapan seorang Kyai pada salah satu muridnya suatu malam itu.

        Penyakit itu ada dua, penyakit lahir dan batin. Penyakit lahir ialah penyakit yang menyerang ragawi kita. Seperti panu, kudis, borok, liver, jantung dan sebagainya. Sedangkan penyakit hati itu penyakit yang menyerang batin, hati atau jiwa kita. Seperti ujub, riya, takabbur dan malas beribadah.

         Separah-parahnya penyakit lahir, akan hilang bersamaan dengan kematian kita. Sedangkan penyakit hati tidak demikian. Penyakit hati justru akan terasa sakitnya setelah kematian kita dan sampai waktu yang tiada akhirnya.

Lama-lamanya hidup, tidak lebih dari 100 tahun. Ya benar, memang ada yang lebih dari itu, tapi satu banding seribu. Ya kan ? La wong parameter umur itu 63 tahun.  Sedangkan, akhirat itu selama-lamanya. Lebih dari semiliar tahun. Maka jika kita punya penyakit hati, kita akan merasakan penyakit tersebut yang sangat lama, tidak ada bandingannya dengan umur penyakit dunia. Maksud merasakan penyakit disini adalah merasakan sanksi siksa.

        Penyakit jasmani hanya kita yang bisa merasakannya. Sedangkan ciri-ciri penyakit hati, yang merasakan orang lain, tetangga dan masyarakat. Misalnya kita mengidap penyakit tamak, maka orang lain yang akan merasakan sakitnya kekurangan atas keserakahab kita. Misalnya lagi kita mengidap penyakit kikir (pelit) orang lainlah yang merasakan lapar atas kekikiran kita.

        Kita biasanya lebih memperdulikan penyakit ragawinya. Segala macam hal berani dilakukan demi kesembuhan penyakit raga tersebut. Lampu-lampu "ngujo" kedokter, minum obat ini, minum itu. Bahkan sampai kedukun. Berapapun akan ia keluarkan demi kesembuhan penyakit tersebut. Padahal, jika dilihat dampaknya, sangat lebih fatal dampak penyakit hati. Dimana dampak penyakit itu akan terasa sepeninggal kita sampai waktu yang tiada akhirnya. Maka alangkah "wagu"nya, lucunya orang-orang yang mendiamkan penyajit hati tersebut.

Tombo ati iku limo perkorone
Kapeng pisan, moco quran lan maknane
Kapeng pindo, sholat wengi lakonono
Kapeng tigo, wong kang sholeh kumpulono
Kapeng papat, kudu weteng ingkang luwe
Kapeng limo, dikir wengi ingkang suwe

Salah suwijine sopo biso ngelakoni
mugi-mugi Gusti Allah ngijabahi.

Monggo dimaknani dewe !

Sekian dari saya. Semoga bermanfaat. Sampai jumpa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Manusia Yang Sebenarnya.

MENJAGA EMPAT NAFSU

Foto-Foto Manis Gus Azmi Yang Membaperkan.